Pengertian, Sejarah, Tujuan, dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi adalah memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

Apa itu Maulid Nabi?

Maulid Nabi adalah moment memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang kebanyakan warga indonesia memperingatinya pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.

Maulid dalam bahasa arab disebut juga dengan kata milad yang mempunyai arti kelahiran atau hari lahir. Sedangkan arti Maulud adalah orang atau sosok yang dilahirkan.

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang sudah ada sejak dahulu dan terus berkembang di masyarakat Islam. Adanya peringatan Maulid Nabi ini tidak lain adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW saat lahir ke dunia.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Ada banyak pendapat mengenai Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Ada yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini ada dan dikenal sejak tahun kedua hijriah, ada pula yang berpendapat telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Kalau kita melihat baznas.go.id, Ahmad Tsauri dalam bukunya yang berjudul ‘Sejarah Maulid Nabi’ berpendapat bahwa perayaan maulid Nabi SAW sudah dilakukan masyarakat muslim sejak tahun kedua Hijriah. Ia menyebutkan bahwa sejarah tersebut telah diinformasikan dalam kitab “Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa” karangan Nuruddin.

Salahuddin Ayyubi, ia adalah Seorang Jenderal dan pejuang muslim asal Kurdi ingin merayakan maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat islam di seluruh dunia. Namun pada waktu itu, gagasan Salahuddin ditentang oleh banyak ulama, Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid Nabi hanyalah kegiatan menyemarakkan syiar agama.

Salahuddin adalah seorang penguasa di tanah Haramain, pada bulan Dzulhijjah yang bertepatan dengan bulan ibadah haji, Salahuddin mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji agar segera mensosialisasikan kepada masyarakat islam yang berada di kampung halamannya untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Akhirnya pada tahun 580 Hijriah atau 1184 Masehi bertepatan tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakannya Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang tujuannya adalah membangkitkan semangat umat Islam.

Pada moment itulah Salahuddin mengadakan sayembara penulisan sejarah Nabi dan dimenangkan oleh Syeikh Al-Barzanji. Sejak saat itu maulid nabi dirayakan di seluruh dunia.

Tujuan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW seluruh umat Islam diseluruh dunia sangatlah layak. Baik sebagai ekspresi cinta kepada rasulullah atau sebagai rasa syukur kepada Allah.

Umat Islam yang ikut merayakan peringatan maulid Nabi dengan rasa penuh suka cita dan riang gembira sebagai ungkapan syukur dikarenakan telah dilahirkannya seorang pemimpin yang rahmatan lil alamin.

Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW banyak sekali kegiatan yang memiliki nilai positif yang dapat dilaksanakan, seperti membaca sejarah Nabi, bershalawat, sedekah makanan, baca Al-Quran dan ceramah agama yang isinya adalah ta’lim.

Apakah Nabi Memperingati hari kelahirannya?

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad sendiri juga memperingati kelahirannya, yaitu dengan berpuasa di hari Senin.

Dalil Memperingati Maulid Nabi SAW

Pelu diungkapkan kembali bahwa Peringatan maulid Nabi adalah sebuah ungkapan cinta dan suka cita serta bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. kami ungkapkan di sini tak lain untuk meluruskan terlebih dahulu pemahaman orang-orang yang biasanya meminta dalil memperingati maulid Nabi Muhammad

Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi kecintaan pada diri sendiri. Berikut dalil yang menunjukkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW :

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين

Artinya: “Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori Muslim).

Merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan perkara besar dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam yang merayakan dan memperingatinya akan diberikan kejayaan dunia dan akhirat. Firman Allah Taala:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.** Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang beruntung.” (Q.S. al-A’araf: 157).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *