Sejarah penamaan bulan Jumadil Awal menjadi salah satu kisah peradaban Islam yang perlu untuk dikulik. Kendati tidak banyak umat Islam yang mengetahuinya, memasuki bulan ke lima dalam kalender Hijriyah ini, rasanya perlu untuk mengupas tuntas awal mula penamaan bulan tersebut.
Menurut Abu Sa’id sebagaimana dikutip oleh Ibnu Manzhur dalam kitab Lisanul ‘Arab, penamaan bulan Jumadal Ula dilatarbelakangi oleh musim yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu musim dingin (syita). Bahkan, karena begitu dinginnya, air mata dapat membeku. Sehinga, banyak dari masyarakat muslim menghindari bercocok tanam di bulan ini, karena tumbuhan tidak dapat hidup.
Jika dilihat secara bahasa, Jumadil Awal terdiri dari dua kata, yakni Jumadi dan Awal. Jumadi mempunyai makna beku dan dingin. Sedangkan Awal berarti pertama atau awal. Jadi, tidak salah apabila bulan ini dinamakan bulan Jumadil Awal.
Baca Juga : Sejarah Bulan Rabiul Akhir
Menurut perhitungan mereka (orang-orang Arab di masa Jahiliah) bulan-bulan itu tidak berputar-putar – tetapi pendapat As-Sakhawi kali ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, sebab bulan-bulan itu menurut mereka dikaitkan dengan hilal. Dengan demikian, berarti bulan-bulan itu harus berputar. Barangkali mereka menamakannya dengan sebutan Jumada pada awal mulanya ialah di saat air sedang membeku.
Kemudian, menurut Ibnu Duraid, Jumadil Awal pada zaman dahulu memiliki banyak istilah di antaranya Syaiban, Kanun al Awwal, Rubba, dan Al Hanin, dan yang paling mirip ialah Jumadil Ula. Syaiban sendiri memiliki makna uban. Hal itu karena masyarakat jaman dahulu memandang salju berwarna putih seperti uban.
Tahun ini, tanggal 1 Jumadil Awal 1444 H jatuh pada hari Jumat, 25 November 2022. Salah satu keistimewaan dari bulan Jumadil Awal dan yang paling utama yakni membaca doa yang sarat akan banyak nilai-nilai spiritual dan juga melakukan amalan istighfar seperti contohnya yang ada dalam kitab Iqbal al Amal dari Sayid Ibnu Thawus.
Wallahu a’lam bissawab …
