Kebijaksanaan Nabi Ibrahim: Asal Mula Anting-Anting

Ad
ebijaksanaan Nabi Ibrahim Asal Mula Anting-Anting

Sebagaimana kita semua telah ketahui, Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang paling banyak dikisahkan dalam Al Qur’an. Kisah paling masyhur yang umumnya umat muslim hafal adalah kisah di balik ibadah qurban.

Momen bersejarah di saat Nabi Ibrahim merelakan putra yang dicintainya untuk disembelih dengan kedua tangannya sendiri sesuai perintah Allah sampai sekarang setiap tahunnya diperingati melalui hari raya qurban atau Iduladha.

Masih ada banyak lagi kisah-kisah yang lainnya, dan beberapa diantaranya menjadi sunnah yang diikuti dan diamalkan oleh umat muslim hingga sekarang. Misalnya adalah sunat baik bagi laki-laki maupun perempuan, dan pemakaian anting-anting pada kedua telinga perempuan.

Kali ini kita akan mengulas kisah di balik anting-anting yang ternyata dimulai oleh Nabi Ibrahim.

Seperti yang kita ketahui bahwa istri pertama Nabi Ibrahim adalah Siti Sarah. Setelah menikah dengan Siti Sarah, beliau tidak segera dikaruniai seorang anak.

Siti Sarah yang merasa pesimis bisa memberikan keturunan bagi Nabi Ibrahim diriwayatkan merupakan seseorang yang mempunyai derajat tinggi, yakni masih dari keluarga kerajaan. Pada zaman itu mempunyai budak masih menjadi hal yang biasa.

Dikisahkan bahwa Siti Sarah mempunyai budak cantik yang bernama Siti Hajar. Dikarenakan keinginan untuk memberi Nabi Ibrahim keturunan, Siti Sarah menyarankan agar Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar.

Meski tujuan awalnya hanyalah sekedar untuk mendapatkan keturunan, pada akhirnya tumbuh cinta dari Nabi Ibrahim kepada Siti Hajar. Bahkan menurut Siti Sarah cinta yang diberikan Nabi Ibrahim kepada Siti Hajar melebihi apa yang beliau berikan kepadanya.

Akhirnya Siti Sarah pun merasa cemburu. Alasan kecemburuan Siti Sarah adalah bahwa ia merupakan istri pertama dan bahkan berasal dari kalangan bangsawan.

Sebaliknya Siti Hajar hanyalah mantan budaknya yang menjadi istri kedua, seharusnya Siti Sarah mendapatkan prioritas dalam cinta Nabi Ibrahim. Dari rasa cemburu itu akhirnya Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk melukai Siti Hajar.

Mendapat permintaan seperti itu dari Siti Sarah, tentu Nabi Ibrahim tidak langsung menerima dan melakukan permintaannya tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Namun beliau juga tidak menolak langsung permintaan dari Siti Sarah untuk melukai Siti Hajar.

Solusi yang akhirnya diambil oleh Nabi Ibrahim agar permintaan dari Siti Sarah bisa dipenuhi tanpa resiko memberikan dampak luka fisik maupun mental bagi Siti Hajar akhirnya ditempuh dengan melukai daun telinga Siti Hajar.

Siti Sarah yang mengetahui bahwa Nabi Ibrahim menuruti permintaannya dengan melukai daun telinga Siti Hajar akhirnya merasa puas. Setelah itu ternyata Nabi Ibrahim memasangkan anting-anting ke bekas luka di daun telinga Siti Hajar.

Ternyata Siti Hajar malah terlihat semakin cantik dibandingkan sebelumnya. Namun Siti Sarah pun tidak bisa protes karena Nabi Ibrahim telah melaksanakan apa yang ia minta sebelumnya.

Sampai sekarang kita mengetahui bahwa sudah menjadi tradisi bagi para perempuan untuk menindik telinganya dan memasangkan anting-anting pada daun telinganya. Ternyata Siti Hajar merupakan perempuan pertama yang menindik telinga dan menghiasinya dengan anting-anting.

Maka kita yang melakukan tradisi ini seyogyanya jangan sekedar melakukan tindik telinga pada perempuan hanya sebatas sebagai tradisi saja, tapi juga diniati untuk melaksanakan sunnah dari Nabi Ibrahim.

Hikmah lain yang harus kita ambil dari kisah ini adalah bahwa dalam merespon permintaan seorang istri, meski kita harus mengupayakan untuk memenuhinya tapi harus dicari cara terbaik agar tidak sampai menimbulkan dampak negatif darinya.

Nabi Ibrahim dengan lihainya mampu menggambarkan bagaimana cerdasnya seorang suami harus menghadapi seorang istri yang sedang dilanda rasa cemburu.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *