Memakmurkan Musholla : Bentuk Nyata Dakwah 

Ad
Memakmurkan Musholla Bentuk Nyata Dakwah

Pada 15 April 2024 lalu Gus Rijal Mumazziq membuat post di facebook yang diberi judul “Efektifitas Dana Dakwah”. Isi postnya singkat namun lengkap memaparkan laporan perbaikan bangunan musholla yang mangkrak, pembangunan tempat wudhu, toilet, sumber air bersih dan rumah dinas dai yang ditugaskan untuk merawat musholla tersebut.

Bangunan musholla yang mangkrak di dusun Jadukan Tendas, Mojosari, Puger, Jember itupun akhirnya mulai aktif lagi digunakan oleh warga sekitar untuk ibadah sholat dan berbagai kegiatan positif lainnya.

Selain itu Gus Rijal Mumazziq juga menyisipkan pesan dalam post singkat tersebut tentang misi pengabdian masyarakat yang ideal. Salah satu yang beliau soroti adalah kegiatan KKN atau Kuliah Kerja Nyata yang umum dilakukan oleh kampus dengan mengirim para mahasiswanya untuk terjun langsung ke masyarakat.

Selama ini memang kita banyak mendapati fakta bahwa mayoritas kegiatan KKN hanya dilaksanakan sebagai bentuk formalitas. Waktu 30 sampai 40 hari yang dibutuhkan para mahasiswa untuk menuntaskan misi KKN dari kampus seringkali tidak memberikan manfaat yang berarti pada masyarakat yang dituju. Bahkan ada kecenderungan para mahasiswa hanya bertamu dan menumpang tinggal saja.

Selaku rektor dari Universitas Al Falah Assunniyah (UAS) Kencong Jember, Gus Rijal Mumazziq merealisasikan misi pengabdian masyarakat kampus dengan cara yang berbeda.

Tidak berhenti dengan pembangunan atau renovasi musholla yang mangkrak, ada pula dai yang diutus untuk memakmurkan musholla tersebut.

Salah satu caranya adalah dengan menyediakan rumah dinas sederhana yang sekedar layak dan nyaman bagi dai tersebut tinggal. Meski terlihat sederhana, langkah seperti ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap kemakmuran musholla.

Pada dasarnya musholla memang digunakan untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah. Namun secara historis kita ketahui bahwa nilai musholla lebih tinggi dari itu.

Dakwah yang dilakukan para ulama di nusantara dari dulu tidak pernah lepas dari tempat yang kita sebut musholla ini.

Ada juga istilah surau atau bahkan akhirnya berkembang menjadi masjid dan pesantren. Intinya kegiatan pengajian dan amaliyah-amaliyah keagamaan yang mampu mengajak para warga di sekitar musholla untuk semakin tambah ilmu dan keimanannya merupakan nilai inti dari pendirian sebuah musholla. Hal inilah yang diwujudkan oleh Gus Rijal Mumazziq dan UAS di Jadukan Tendas.

Seandainya setelah memperbaiki bangunan yang mangkrak itu (musholla) lalu ditinggal begitu saja oleh Gus Mumazziq, tentu masih bisa dinilai baik.

Akan tetapi ada resiko bahwa mushollanya hanya bagus dan indah secara fisik, sebaliknya kemakmuran mushollanya tidak bisa terwujud. Tentu saja tidak mentang-mentang kampus yang mengirimkan dai lalu seolah mereka yang paling pintar dan para warga sekitar hanya bisa manut.

Maksud dari dikirimnya dai tersebut adalah bentuk tanggung jawab kampus dalam mengawal para warga agar bisa lebih memakmurkan musholla. Maka dari itu kolaborasi dengan para ustaz dan kiai sekitar pun dijalin. 

Misalnya bersama dengan pengurus ranting NU melaksanakan kegiatan lailatul ijtima’. Lalu merevitalisasi TPQ bersama para guru mengaji lokal sehingga bisa lebih maksimal dalam mengajarkan baca Al Qur’an. Tentu hal seperti ini menjadi tanda bahwa kolaborasi antara kampus dan masyarakat tetap menjadi prioritas.

Jika ditanyakan tentang nominal dana yang dibutuhkan dalam kegiatan dakwah yang semacam ini pastinya akan dijawab bahwa dananya memang besar. Tapi kemajuan teknologi terutama dengan adanya media sosial membuat proses pendanaan kegiatan positif semacam ini bukan lagi kendala.

Selama bisa dipertanggungjawabkan dan dilaporkan secara transparan, nyatanya Gus Rijal Mumazziq mendapatkan bantuan dari para rekan-rekan baik melalui media sosial facebook. 

Langkah nyata dalam berdakwah memang butuh keberanian. Salah satunya adalah berani berkorban, yang penting realisasi dulu. Ternyata Gus Rijal Mumazziq tidak menunggu uang yang terkumpul cukup baru merealisasikannya, melainkan berani berhutang ke toko bangunan dulu agar niat baik dakwah itu bisa segera direalisasikan.

Yakin bahwa selama amanah dan transparan pastinya nanti akan dipertemukan dengan rekan-rekan baik yang secara sukarela akan membantu misi dakwah yang mulia ini.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *