Meneladani Rasulullah yang Pemaaf

Ad
Meneladani Rasulullah yang Pemaaf

Selain dikenal sebagai seorang yang jujur, rasulullah SAW juga dikenal sebagai seorang yang pemaaf. Entah itu kepada keluarganya, kerabat, sahabat, teman, atau terhadap musuh-musuh yang membencinya. Sebagai umatnya, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk meneladani sifat pemaaf sang rasul tersebut.

Dalam sejarah peradaban Islam, dikisahkan bahwa suatu hari Nabi sedang berkumpul bersama para sahabatnya di masjid. Seketika, seorang Arab Badui dari pedalaman muncul ke masjid. Akan tetapi, bukannya mengikuti majelis Nabi, Arab Badui tersebut tiba-tiba kencing di salah satu pojokan masjid. Melihat hal tersebut, para sahabat pun marah dan ingin melabrak orang Arab Badui tersebut.

Sebelum para sahabat tersebut melabrak orang Arab Badui itu, Rasulullah SAW pun mencegahnya. Beliau membiarkan supaya orang Arab Badui tersebut menyelesaikan buang air kecilnya. Setelah tuntas, kemudian Rasulullah meminta salah satu sahabatnya untuk mengambil air, kemudian menyiram bekas yang dikencingi. Orang Arab Badui itu pun dibiarkan pergi oleh Rasulullah SAW.

Kisah ini menunjukkan bahwa Rasulullah merupakan sosok yang besar hati, tidak mudah menyalahkan orang lain, bahkan memaafkan orang yang sudah jelas-jelas salah karena bagaimana pun orang Arab Badui tersebut barangkali tidak mengetahui bahwa perbuatannya tersebut dilarang. Sifat teladan inilah yang harus kita teladani dari beliau.

Baca Juga : Keistimewaan Rasulullah dalam Al-Qur’an

Pada kisah lainnya, di kala Rasulullah menyebarkan dakwahnya, berbagai cacian, penindasan, penyiksaan telah beliau alami. Bahkan tindakan-tindakan tersebut bukan hanya menimpa beliau, akan tetapi orang-orang di sekitar Rasulullah, baik keluarga maupun para sahabatnya. 

Salah satu yang menjadi korban penyiksaan adalah keluarga Ammar bin Yasir. Ibunya Ammar, yaitu Sumayah, dibunuh dengan ditusuk menggunakan tombak. Ayah Ammar, yaitu Yasir, dibunuh dalam penyiksaan itu. Sementara Ammar dipaksa untuk keluar dari Islam.

Melihat penyiksaan dan kezaliman tersebut, Rasulullah SAW tidak menaruh dendam sama sekali, hanya memerintahkan Ammar untuk bersabar. “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sungguh kalian telah dijanjikan masuk surge,”ucap Rasulullah SAW.

Tampaknya sifat pemaaf Nabi dan akhlaknya yang mulia sangat membekas di benak para keluarga dan sahabatnya. Di antara yang pernah menceritakan perangai dan akhlak Nabi yang mulia dan pemaaf adalah ummahatul mu’minin, siti Aisyah radhiyallahu ‘anha, menceritakan demikian:

لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ 

Artinya: “Siti Aisyah menceritakan, Rasulullah bukanlah seorang yang buruk perilakunya, tidak pula menjelek-jelekkan orang lain. Beliau tidak suka berteriak di pasar. Beliau bukanlah tipe orang yang membalas keburukan dengan keburukan, namun beliau selalu memaafkan dengan lapang dada.” (HR. Tirmidzi).

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *