Mitos Bulan Safar dan Penjelasannya dalam Islam

Ad
Mitos Bulan Safar dan Penjelasannya dalam Islam

Bulan Safar sering dikenal sebagai bulan pembawa kesialan. Kepercayaan ini bermula saat zaman Jahiliyah atau zaman kebodohan dulu. Lantas, kepercayaan ini sebenarnya benar atau hanya sekadar mitos belaka? Berikut penjelasannya dalam Islam.

Sebelum Islam datang, orang-orang Arab Jahiliyah percaya bahwa kata safar diambil dari nama suatu jenis penyakit yang bersarang di dalam perut akibat adanya sejenis ular yang berbahaya. Hal inilah yang membuat orang Jahiliyah menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan keburukan.

Selain itu, kepercayaan yang diyakini oleh Arab Jahiliyah terkait bulan safar yakni pelarangan pelaksanaan pernikahan. Hingga akhirnya Islam datang dan Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengabarkan kebenaran bagi orang-orang Arab Jahiliyah tersebut.

Termaktub dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah membantah kepercayaan Arab Jahiliyah mengenai bulan Safar yang membawa sial tersebut. hal ini sesuai dengan sabdanya sebagai berikut:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

Artinya: “Tidak ada adwa’, tidak ada thiyarah, tidak ada hammah, tidak ada kesialan pada bulan Safar.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad).

‘Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah SWT. Sementara itu, Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung.

Baca Juga : Sejarah Rebo Wekasan dan Hukum Merayakannya

Masyarakat Jahiliyah meyakini bila seorang keluar rumah dan menyaksikan burung terbang di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal datang. Kemudian, apabila melihat burung terbang di sebelah kirinya maka tanda kesialan akan tiba sehingga sebaiknya pulang.

Sementara menurut sebagian ulama, al hammah adalah bentuk tunggal dari kata al hawam yang berarti jenis hewan melata. Bagi masyarakat Arab Jahiliah, hammah berarti hewan kecil yang keluar dari bangkai manusia dan dapat terbang. Mereka ini diyakini orang Jahiliyah membawa kesialan pada manusia.

Dalam Al-Qur’an surah At Taghabun ayat 11 pun menjelaskan bahwa segala bencana, petaka atau kesialan dapat terjadi jika Allah SWT berkehendak. Perkara tersebut tidak hanya terjadi di bulan Safar.

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Selain itu, Rasulullah SAW menampik anggapan negatif masyarakat Jahiliyah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Beberapa peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW terjadi pada bulan Safar, seperti pernikahannya dengan Khadijah, menikahkah putrinya Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *