Sedekah Rahasia Gus Dur

Ad
Sedekah Rahasia Gus Dur

Tak habis cerita-cerita mengenai kebaikan Gusdur. Sosok nyentrik yang dijuluki “wali kesepuluh” oleh banyak orang itu mempunyai banyak sekali kisah-kisah kehidupan yang bisa kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Sedikit dari dari kisah keteladanan Gusdur diceritakan oleh KH. Marzuki Mustamar dalam salah satu momen pengajiannya. Berikut kisahnya:

Kisah Pertama

Pernah diketahui bahwa Gus Dur “terlihat kontras” dengan Mbah Yai Maimun Zubair, Sarang. Namun nyatanya saat Gus Dur wafat yang termasuk jadi imam sholat jenazah adalah beliau. Dan saat peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur, Mbah Yai Maimun Zubair memimpin kegiatan tahlilan dan punya kesempatan menyampaikan fakta yang sungguh mengharukan.

Bahwa ternyata semua adalah rekayasa Gus Dur sendiri agar beliau tidak dibicarakan kebaikannya saat masih hidup, yakni saat Mbah Yai Maimun “mau mantu”, Gus Dur bermaksud menawarkan bantuan beberapa puluh juta rupiah kepada Mbah Yai Maimun dengan catatan ini dirahasiakan dan hanya beliau berdua yang mengetahui, bahkan Gus Dur malah merekayasa agar seakan-akan “ada permusuhan” di antara keduanya.

Maka selanjutnya terjadilah, banyak orang mencibir Gus Dur dan menyebutnya santri yang sudah tidak perhatian dan taat kepada Kyai.

Kisah Kedua

Di sini ada dua kisah yang dialami sendiri oleh KH. Marzuki Mustamar:

Kisah pertama : setelah peringatan 40 hari wafatnya Gus Dur, tiba-tiba ada tamu yang datang ke “ndalem” KH. Marzuki Mustamar dan memberikan sebuah piagam juga beberapa ratus sarung pemberian Gus Dur. Kyai Marzuki Mustamar bertanya: “Kok tidak diberikan saat beliau masih hidup?”, si tamu menjawab: “Karena ini adalah wasiat Gus Dur”.

Kenapa piagam dan sarung? Diketahui bahwa KH. Marzuki Mustamar telah berhasil menguasai gereja di Malang dengan mengislamkan banyak orang di sana, sehingga gerejanya jadi kosong. Lalu KH. Marzuki Mustamar membeli gereja itu dan menjadikannya madrasah.

Rupanya Gus Dur mendengar hal tersebut dan berinisiatif memberikan “penghargaan” dan sejumlah sarung sebagai bentuk dukungan bagi para mu’allaf. Namun hal ini tidak beliau berikan semasa masih hidup karena tidak ingin kebaikannya dibicarakan banyak orang.

Kisah kedua, yaitu setelah 100 hari peringatan wafatnya Gus Dur, ada tamu lagi yang datang ke “ndalem” KH. Marzuki Mustamar dan menyerahkan tiga koper tas yang setelah dibuka berisi uang Rp 3.000.000.000 (3 miliar). Tamu tersebut menyampaikan pesan bahwa uang tersebut adalah pemberian Gus Dur dan agar dibagikan ke para yatim piatu se-Kabupaten Malang.

Lagi-lagi Gus Dur tidak mau kebaikannya dibicarakan selama masih hidup, maka beliau berwasiat demikian.

Baca Juga : <strong>Meneladani Gus Dur, Tokoh Islam Anti Korupsi</strong>

Kisah Ketiga

Sepeninggal Gus Dur, banyak sekali diketemukan bangunan Masjid dan tanah wakaf yang berasal dari pemberian beliau, hingga luar pulau bahkan sampai negara Belanda, maka sebab hal-hal inilah beliau dekat dengan tokoh-tokoh non-muslim hanya demi melancarkan strategi dakwahnya, termasuk meloloskan izin pendirian sebuah Masjid di Belanda yang saat ini ketua ta’mirnya adalah putra ketua Korcab Banser se-Kabupaten Malang.

Begitulah sedikit dari sekian ribu kisah keteladanan sosok Gusdur. Gusdur mengajarkan kepada kita bahwa dalam perbuatan baik yang kita lakukan hakikatnya tetaplah perbuatan yang mulia meski banyak orang yang tidak tahu, atau bahkan mencibirnya. Perbuatan baik tidak diukur dari kadar dilihat dan mendapat pujian banyak orang tetapi kadar keikhlasan dalam memberi karena Allah SWT.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *