Sikap Rasulullah dalam Menghadapi Ahli Maksiat

Ad
Sikap Rasulullah dalam Menghadapi Ahli Maksiat

Rasulullah SAW dalam penjelasan sejarah peradaban Islam selalu digambarkan sebagai seorang yang penyayang, terhadap siapapun. Termasuk juga kepada palaku maksiat. Rasulullah SAW tidak serta mencaci maki atau menjauhi para pelaku maksiat, akan tetapi tetap bertutur kata yang halus, lembut dan memberikan dakwah nasihat dengan cara yang santun.

Sikap rasulullah tersebutlah yang dapat dijadikan suri tauladan para umatnya. Safiur Rahman Mubarakfuri dalam kitab Ar-Rahiq al-Makhtum, [Beirut; Dar Hilal, 1427 H]  halaman 441, melukiskan betapa indah budi pekerti Rasulullah. Ia menulis Rasulullah sebagai penutup para nabi, adalah orang yang paling dermawan, paling berani, paling jujur, paling setia, paling lembut, dan paling baik akhlaknya. 

Sosok Rasulullah adalah yang sangat berkarisma, orang yang melihatnya untuk pertama kali akan merasa kagum, dan orang yang mengenalnya akan mencintainya. Orang yang bertemu dan berinteraksi dengan Nabi, akan selalu meninggalkan kesan, “Aku tidak pernah melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya”.

Dalam Al-Qur’an pada surah al Qalam [68] ayat 4, digambarkan dengan jelas terkait keluhuran akhlak Rasulullah. Allah berfirman demikian:

 وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya: “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Menurut Imam Qurthubi, al Jami’ li Ahkami al-Qur’an, Jilid XVIII [Kairo; Dar Kutub al Misriyah, 1964], halaman 227, sebagaimana dikutip dari kitab Shahih Muslim, Ibunda Aisyah RA menyatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah seperti Al-Quran. Tidak akan didapati akhlak yang lebih mulia di banding budi pekerti Nabi. Pasalnya, Rasulullah diutus ke dunia, untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Dalam kitab Fathul Bari, karya  Imam Ibnu Hajar diceritakan tentang kasih sayang Rasulullah pada seorang pelaku maksiat yang bernama Nuaiman. Ia seorang yang suka mabuk minuman keras. Ibnu Hajar mengisahkan bahwa Nuaiman dan anaknya, Abdullah, sama-sama pernah dihukum karena mabuk.

Baca Juga : Mencintai Rasulullah, Mencintai Kebaikan

Dalam suatu kejadian, seorang lelaki berkata kepada Nuaiman tersebut, “Semoga Allah melaknatmu,” Rasulullah SAW pun melarang lelaki tersebut untuk berkata demikian. Beliau bersabda, “Jangan lakukan itu, karena dia mencintai Allah dan Rasul-Nya,”.

Dari riwayat tersebut, dapat disimpulkan kendati Nuaiman dan anaknya seorang pelaku maksiat, Rasulullah SAW pun tidak melaknat, melainkan mendoakan agar diampuni oleh Allah SWT.
Nabi mengatakan bahwa walaupun mereka suka mabuk, namun mereka tetaplah orang-orang yang beriman dan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pun Nabi Muhammad tidak sungkan-sungkan berteman dengan Nuaiman. Bahkan diceritakan Nabi sering tertawa karena ulah lucu Nuaiman.

Lebih lanjut, tentu kita paham bersama, perangai Nuaiman dan Abdullah yang doyan mabuk tentunya merupakan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Namun, Rasulullah SAW tetaplah menyayangi mereka dan mendoakan mereka agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang penuh kasih sayang dan mau menerima semua orang, tanpa memandang kesalahan bapak dan anak tersebut.

Syaikh Shafiyurahman al Mubarakfuri dalam ar Rahiqu Makhtum menyebutkan Nabi Muhammad senantiasa mengawasi para sahabatnya. Tak lupa untuk menanyakan apa yang terjadi di antara mereka. Jika sesuatu bagus dan baik, Nabi akan mengatakan itu hal yang baik. Namun jika itu perbuatan yang buruk dan jelek, maka akan berterus terang bahwa itu tindakan jelek dan segera membenarkannya. Pun Nabi tidak bosan-bosan memberikan nasihat keagamaan pada para sahabat, agar senantiasa berbuat baik.

Itu hanya salah satu contoh. Dalam berbagai literatur, ada beragam kejadian dimana Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *