Kira-kira delapan bulan yang lalu, seorang Ustadz bernama Yazid Hasan mengatakan dalam khotbah jumatnya bahwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari mengingkari (tidak membolehkan) perayaan maulid Nabi Muhammad SAW.
Khotbah yang disampaikan di Masjid Ustman bin Affan Pamekasan itu, oleh sang ustadz, didasarkan pada adanya kitab karangan Hadratussyaikh yang berjudul At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yasna’u Al-Maulid bil Munkarat. Apakah pernyataan ustadz tersebut benar?
Pertama, benar bahwa kitab tersebut adalah karya Hadratussyaikh. Kedua, salah jika mengatakan bahwa Hadratussyaikh tidak memperbolehkan perayaan maulid Nabi melalui kitab itu.
Penisbatan yang Tidak Amanah
Berbicara dengan menyandarkan pendapat ke Hadratussyaikh memang dapat membuat pembicaraan kita menjadi menarik dan berbobot. Tradisi menyandarkan atau menisbatkan suatu pendapat kepada ulama seperti itu adalah tradisi pondok pesantren.
Di tradisi pesantren, terdapat maqolah bahwa “Termasuk sebuah keberkahan jika kita berhasil menisbatkan sebuah ilmu, sebuah ucapan, sebuah pernyataan, kepada orang yang menyatakannya (ulama, kiai).” Tapi jangan lupa, maqolah tersebut berlanjut, yaitu: “Dalam penisbatan pendapat, terdapat amanah yang harus dijaga.”
Artinya, jika kita menisbatkan suatu pendapat pada ulama tertentu, kita harus menyampaikan pendapat itu dengan benar, sesuai dengan pendapat asli sang ulama, bukan menyampaikannya secara terpotong, apalagi membalik pendapatnya. Jika melakukan pembalikan seperti itu, namanya bukan amanah, melainkan khiyanah (khianat). Ini adalah salah satu tanda dari orang munafik. Na’udzu billah.
Sayangnya, hal itulah yang dilakukan oleh sang ustadz ketika berbicara tentang pendapat Hadratussyaikh terkait perayaan maulid Nabi. Sang ustadz gagal paham dan menyatakan dengan berapi-api bahwa Hadratussyaikh melarang peringatan maulid Nabi.
Padahal, sebagaimana yang disinggung di awal, Hadratussyaikh melalui kitabnya sebenarnya tidak melarang perayaan maulid Nabi, melainkan memberi arahan bagaimana cara merayakannya dengan benar. Yang diingkari oleh Hadratussyaikh bukanlah maulid Nabinya, melainkan kemungkaran yang terdapat dalam cara merayakan maulid Nabi.
Baca Juga : Pentingnya Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Cara yang Benar dalam Merayakan Maulid Nabi
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari adalah ulama yang sering memberi tanggapan terhadap problematikan masyarakat. Tanggapan itu seringkali ditulis menjadi sebuah karya (kitab atau risalah). Hal ini juga berlaku untuk kitab At-Tanbihat Al-Wajibat yang membahas maulid Nabi.
Perayaan maulid Nabi adalah tradisi umat muslim di Indonesia yang telah ada sejak lama. Jauh sebelum Hadratussyaikh menulis kitab ini, jauh sebelum organisasi NU ada, peringatan maulid Nabi telah ada di Indonesia. Lantas, Hadratussyaikh di masa hidupnya melihat adanya fenomena peringatan maulid Nabi yang tidak tepat. Ingat, bukan maulid Nabinya yang, melainkan cara memperingatinya yang tidak tepat.
Di salah satu kabupaten di Jawa Timur, Hadratussyaikh melihat peringatan maulid Nabi diisi dengan hal-hal yang bersifat mungkar (yang tidak dibenarkan ajaran Islam). Salah satu di antaranya adalah adanya ihtilat (campur baur tanpa sekat) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Hal inilah yang kemudian berusaha dibenahi oleh Hadratussyaikh melalui kitabnya.
Dalam menunjukkan cara merayakan maulid yang benar, Hadratussyaikh menerapkan kaidah amanah yang kita bahas sebelumnya. Hadratussyaikh dengan kedalaman ilmunya menyebutkan qaul-qaul (pendapat) para ulama tentang hukum merayakan maulid Nabi. Beliau merujuk para ulama mazhab Syafi’i dan Maliki. Jika kitab baca, akan kita dapati kesimpulan bahwa merayakan maulid Nabi adalah hal yang didukurng oleh ulama 4 mazhab.
Pada bagian berikutnya, Hadratussyaikh kemudian menuliskan bahwa apabila maulid Nabi tidak dirayakan dengan kemaksiatan, maka perayaan itu adalah sebuah bentuk ketaatan dan terhitung sebagai tindakan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Meski begitu, Hadratussyaikh juga tidak jatuh pada fanatisme yang membenarkan semua perayaan maulid Nabi. Melainkan terus terang dan terbuka menegur orang-orang dari kelompoknya yang salah dalam cara merayakannya (berisi kemaksiatan). Yang salah dikatakan salah, yang benar dikatakan benar. Itu yang dilakukan Hadratussyaikh.
Sampai di sini, kita bisa menganggap bahwa kitab At-Tanbihat Al-Wajibat adalah sebuah panduan atau SOP dari Hadratussyaikh untuk semua kalangan tentang cara yang benar merayakan maulid. Tidak hanya kalangan yang menentangnya, kitab ini juga berlaku bagi kita yang biasa merayakan maulid.
Maksudnya, kita dapat menjadikan kitab ini sebagai acuan penyelenggaraan peringatan maulid Nabi yang benar. Jangan sampai, kita para santri, jatuh pada ketertutupan dan tidak mau mengevaluasi diri. Maulid Nabi adalah bentuk ibadah, kita harus menjaga kesuciannya dari cara perayaan yang berisi kemaksiatan, sehingga maulid Nabi tidak lagi disalahpahami oleh orang-orang yang menentangnya.
Wallahu a’lam bissawab …