Cinta Uang Tapi Enggan Bersedekah Itu Aneh

Ad
Cinta Uang Tapi Enggan Bersedekah Itu Aneh

Dewasa ini tak jarang kita menjumpai pemikiran bahwa uang adalah segalanya. Versi ekstrimnya adalah semua hal bisa dibeli dengan uang. Definisi kaya pun sangat sering diartikan dengan kepemilikan terhadap harta, yang saat ini umumnya disederhanakan dengan uang. Semakin banyak uang yang dimiliki maka ia semakin kaya.

Lebih dari itu, tingkat kekayaan yang bersumber dari uang tersebut dikaitkan dengan kesuksesan. Seseorang dianggap sukses jika ia kaya. Pemikiran yang seperti ini akan berbahaya jika tidak diimbangi dengan bekal iman dan taqwa. Hal ini selain berdampak pada cara mendapatkan uang tersebut, juga bagaimana menyikapi uang yang sudah dalam genggaman.

Semakin terikat seseorang dengan uang yang dimilikinya, ia cenderung semakin kikir. Maka konsep sedekah yang memberikan sebagian dari uang yang dimiliki itu secara cuma-cuma menjadi sulit untuk diterima. Sebisa mungkin uang yang dimiliki itu terus bertambah dan bukannya berkurang. Kalaupun berkurang, uang itu harus ia sendiri yang menikmatinya.

Dulu kita terbiasa mendengar slogan “hemat pangkal kaya”. Pemaknaan hemat disini awalnya adalah dengan menabung. Namun saat ini sudah banyak konten yang bertebaran di internet bahwa pemaknaan menabung akan menjadikan kita semakin kaya adalah salah.

Argumennya adalah bahwa ketika uang ditabung ia akan diam dan seiring berjalannya waktu, saat inflasi terus terjadi, nilai uang yang ditabung itu pun malah berkurang. Jadi yang benar bukan menabung tapi menginvestasikannya.

Berinvestasi ada banyak jenisnya, bisa dengan membeli emas, properti, saham dan sebagainya. Ketika uang itu dipakai untuk membeli emas misalnya, alih-alih disimpan dalam bank atau kaleng, diharapkan beberapa tahun kedepan ketika harga emas naik maka nilai kekayaannya akan naik bukannya turun.

Bahkan ada istilah “biarkan uang yang bekerja”, di mana pemilik uang ini tanpa bekerja pun tiap harinya semakin kaya dari hasil kenaikan aset yang dibelinya.

Sayangnya sedekah belum banyak dilirik sebagai salah satu jenis investasi. Tentu akan ada yang berbeda pendapat tentang hal ini. Jika membeli aset disebut investasi duniawi, sedekah bisa kita anggap investasi akhirat.

Logikanya sama, seseorang yang mempunyai uang lalu bersedekah, ada harapan bahwa nilai uang yang ia sedekahkan saat ini nantinya akan menambah kekayaannya. Akan tetapi bukan di dunia ia merasakan manfaatnya, melainkan kelak di akhirat.

Ada kisah yang beberapa kali disampaikan oleh KH. Muthohharun Afif dalam pengajian rutin bersama alumni Pondok Pesantren Al Amin Mojokerto tentang seorang ibu pemilik restoran. Diceritakan bahwa ia sukses membangun usaha restoran yang ramai dikunjungi pelanggan.

Setiap hari menu makanannya habis dengan keuntungan yang besar. Namun setiap setelah ia menutup restorannya, ia akan membawa uang hasil usahanya itu keliling ke masjid-masjid, panti asuhan, dan fakir miskin. Ternyata ia membagi uang keuntungan usahanya untuk disedekahkan. Hanya menyisakan modal untuk melanjutkan usahanya esok hari.

Suatu saat tetangganya mengetahui kebiasaan ibu pemilik restoran tersebut. Karena setiap hari ia melakukan hal yang sama, si tetangga ini pun jadi penasaran tentang alasan ibu pemilik restoran terus-menerus bersedekah sebanyak itu.

Anggapannya adalah uang sebanyak itu harusnya digunakan untuk mengembangkan usahanya, toh sekarang jelas bahwa restorannya terkenal dan laris. Istilah keren saat ini “scale up”. Kenapa tidak digunakan untuk membuka cabang baru, atau meningkatkan ukuran restorannya.

Karena semakin penasaran, si tetangga pun menghampiri ibu pemilik restoran dan bertanya langsung kepadanya, “Bu, apa anda tidak sayang sama uangnya, kok uang sebanyak itu setiap harinya disedekahkan semua?”

Mendapat pertanyaan seperti itu ibu pemilik restoran tertawa dan menjawabnya, “Justru karena saya sangat cinta sama uang saya. Uang sebanyak itu kalau digunakan untuk memenuhi nafsu duniawi kan sama saja dibuang percuma.

Mau dikumpulkan sebanyak apapun juga tidak bisa dibawa mati. Karena cinta sama uang, saya investasikan uang itu sebanyak mungkin dengan bersedekah. Nanti di akhirat saya bisa ‘take profit’ dengan jaminan 100% pasti untung melalui sedekah ini. Kan aneh kalau cinta uang tapi enggan bersedekah.”

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *