Keistimewaan Maulid Nabi dan Hukum Merayakannya

Ad
Keistimewaan Maulid Nabi dan Hukum Merayakannya

Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan perayaan akan kelahiran sang baginda rasul ke dunia. Dalam sejarah peradaban Islam, kelahiran Nabi Muhammad SAW tercatat pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awwal 571 Masehi atau dikenal dengan tahun gajah.

Pada bulan ini, umat Islam di seluruh dunia bergembira memperingati kelahiran kekasih Allah. Ada beragam tradisi dari setiap daerah dalam perayaannya. Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW paling tidak, menurut Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’I, dilandasi lima alasan, diantaranya ialah sebagai berikut:

Pertama, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran sang rasul yang memberikan manfaat di dunia dan akhirat. Sebab, diceritakan bahwa Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi, mendapatkan keringanan siksanya di setiap hari Senin mengingat sosoknya bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, saking bahagianya, Abu Lahab sampai memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah.

Kedua, Nabi Muhammad banyak bepuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Tentu, umat Islam sebagai pengikut Nabi harus mengungkapkan rasa syukurnya atas kelahiran sang nabi dengan merayakannya.

Ketiga, Allah memerintahkan umat Islam untuk berbahagia dengan rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Hal ini seperti firman Allah SWT dalam QS. Yunus ayat 58, yang berarti:

“Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”. Sementara rahmat terbesar yang Allah berikan bagi umat Islam adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad saw. Allah swt menegaskan hal tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’: 107, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta”.

Keempat, perayaan Maulid Nabi kerap diisi dengan pembacaan sejarah kehidupan Nabi, mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Hal demikian tentu dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad serta meneguhkan keimanan kita.

Baca Juga : Antara Mencintai Nabi atau Perayaan Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi juga diisi dengan banyak membaca selawat kepada Nabi. Hal ini seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 56 berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Kelima, perayaan Maulid Nabi merupakan bid’ah hasanah (baik) yang kerap diisi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin.

Dalam pandangan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, “perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah” (HR Ahmad).

Selain itu, perayaan Maulid Nabi dihukumi sunah mengingat tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta berselawat kepadanya. Tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi adalah tercela. Perayaan Maulid Nabi sejak dahulu memberikan manfaat dan dampak positif bagi khalayak umum.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *