Bukan tanpa alasan mengapa bulan Muharram sangat dimuliakan dalam Islam. Selain karena merupakan bulan pembuka dalam kalender Hijriah, di dalam bulan Muharram pula terjadi kejadian-kejadian luar biasa yang termaktub dalam sejarah. Allah SWT juga telah mengabadikannya dalam kalam ilahi Al-Qur’an.
Dalam tradisi Arab Jahiliyah 4 bulan haram, Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab sangat diagungkan dan disakralkan. Lantas, bagaimana setelah datangnya Islam?
Setelah Islam datang, kemuliaan bulan haram makin dikukuhkan. Bahkan tradisi Arab Jahiliyah mengagungkan bulan haram sebenarnya juga berasal dari ajaran agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail RA.
Dalam hal ini, Nizamuddin an-Naisaburi (w. 850 H/1446 M), pakar tafsir asal kota Naisabur, Iran sekarang, saat menafsirkan frasa ad-dînul qayyim dalam surah at-Taubah ayat 36 menyatakan:
Artinya: “Maksud frasa ad-Dînul Qayyim ayat ini adalah, bahwa penghormatan terhadap bulan-bulan haram merupakan ajaran agama yang lurus, yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Orang-orang Arab Jahiliyah mewarisinya dari mereka berdua. Orang-orang Arab Jahiliyah sangat mengagungkannya dan mengharamkan peperangan di dalamnya. Bahkan andaikan ada orang yang berpapasan dengan pembunuh ayah atau saudaranya, ia akan membiarkannya (karena begitu mulianya bulan-bulan haram dalam tradisi mereka.” (Nizhamuddin an-Naisaburi, Tafsirun Naisaburi, juz IV, halaman 142).
Kemudian, Islam datang menguatkan penghormatan terhadap kemuliaan bulan-bulan haram. Islam memerintahkan umatnya agar memuliakan bulan-bulan haram dengan meningkatkan ibadah, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Baca Juga : Kemuliaan Bulan Muharram Bagi Para Nabi
Selain itu, Islam juga memperingatkan umatnya agar menghindari segala kemaksiatan dan kejahatan. Sebab, dalam bulan-bulan haram sebagaimana pahala kebaikan dilipatgandakan, begitu pula balasan atas berbagai kemaksiatan dan kejahatan. (Abdul Qadir al-Jailani, Tafsirul Jailani, [Aleppo, Maktabatul Istanbuli: 1430/2009], juz II, halaman 257).
Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah SWT berikut:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ …
Artinya: “Sungguh jumlah bulan di sisi Allah ada 12 bulan, dalam kitab Allah (lawhil mahfuzh). Di antaranya ada 4 bulan haram atau mulia. Memuliakan 4 bulan haram itu adalah agama yang lurus, maka jangan zalimi diri kalian sendiri dengan bermaksiat di dalamnya …” (At-Taubah: 36).
Menjadi sangat jelas, kedatangan Islam semakin menguatkan penghormatan atas kemuliaan bulan-bulan haram. Pahala kebaikan dilipatgandakan, sebagaimana dosa kejahatan diberatkan. Hal itu pula yang terjadi di bulan Muharram.
Wallahu a’lam bissawab …