Rezeki: Takdir atau Usaha?

Ad
Rezeki Takdir atau Usaha

Al-Qur’an memberikan panduan yang sangat jelas perihal rezeki, wafiy as-samaa-i rizkukum, (dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu). Hal ini menunjukkan bahwa desain rezeki secara global mutlak dari langit. Perkara rezeki tersebut “runtuhnya” kepada siapa juga tidak bia lepas dari desain langitnya. Hanya saja, sunnatullah memberikan back-up, ada rezeki yang memang sudah suratan dan ada yang lewat ikhtiar.

Al-Quran membahasakan rezeki dengan kata “dabbah”, wamaa min dabbatin fil arldiilla ‘ala Allahi rizquha, (Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya ). Dari segi kebahasaan, kenapa Al-Quran memakai kata “dabbah”, bukan kata “khalq” (makhluk)? Dabba-Yadubbu artinya adalah nggrememet, bergerak. Tank perang bahasa Arabnya adalah dabbabah  yang artinya tak lain adalah nggrememet, bergerak. 

Dari sini dapat dipahami bahwa rezeki memang sudah ada takarannya, tetapi ia dikaitkan dengan kata dabbah yang artinya bergerak. Bergerak dalam arti menuju pengunduhan rezeki. Seseorang yang ingi mendapatkan rezekinya harus dabbah, bergerak, istiqomah, cermat, dan tentunya telaten. Dabbah adalah bergerak, bukan lari, maka di dalamnya ada keistiqomahan, ada teknik dan kesabaran.

Saat semua hal ini sudah dilakukan, perkara hasil yang akan kita dapatkan itu mutlak bukan kewenangan kita sebagai manusia, semua itu sudah mutlak kewenangan Allah. (Illa ‘ala Allahi rizquha, melainkan Allah yang telah menjamin rezekinya)

Peran Doa dalam Mencari Rezeki

Dabba yang bermakna bergerak di atas sifatnya adalah kurikulum bumi. Ada juga kurikulum langit yang sifatnya melengkapi. kuriulum langit di sini tidak hanya sekedar doa saja, tetapi juga sebagai sarana mengunduh keberkahan rezeki agar ia bisa bernilai manfaat, mempunyai kualitas yang bagus, menjadi rahmat, dan juga mendatangkan ridha dari Allah SWT. 

Orang tanpa doa bisa saja menjadi kaya raya, hal seperti ini bisa kita lihat cntohnya pada orang-orang kafir yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka bisa tetap kaya meskipun tidak meyakini adanya Tuhan. Hal ini mengindikasikan bahwa peran kurikulum langit lebih kepada ubudiyah, eling maring Gusti Allah, iman kepada Allah, melobi Allah dengan cara berdoa.

Kurikulum langit yang salah satunya adalah berdoa andai saja tidak dilakukan, Tuhan tetap mempunyai sifat Maha Pemberi. Tidak peduli orang itu beriman atau tidak akan tetap diberikan rezeki, karena sifat terdepan dari Allah adalah al-Rahman, Maha Pengasih. Orang Muktazilah menyebut hal ini dengan wajibat al-aqliyat, kewajiban yang dipaksakan oleh akal. Kewajiban bagi Tuhan untuk memberikan rezeki kepada hamba-Nya.

Saat ada orang berbuat baik maka wajib bagi Tuhan membalas dengan kebaikan. Sebagai orang sunniy, penganut faham ahlusunnah waljamaah kita mempunyai pemahaman yang berbeda, jika ada orang berbuat baik maka balasannya adalah terserah Allah mau membalasnya dengan apa, itu adalah mutlak hak prerogatif Tuhan. 

Dari paragraf di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rezeki tidak ada hubungannya dengan iman dan takwa, Orang tidak percaya Tuhan bisa saja mendapatkan rezeki melimpah ruah. Korelasi rezeki dengan iman dan takwa terletak pada keberkahannya. Sebagai orang yang beriman kita perlu menyoroti rezeki itu modelnya bagaimana. Perampok yang sukses merampok dan mendapatkan uang.

Ada yang mendapatkan uang dari hasil korup dan tidak tertangkap. Ternyata ikhtiar yang haram pun tetap mendapatkan rezeki. Lalu yang dimaksud rezeki oleh agama itu apa?

Agama memberikan pemahaman bahwa rezeki adalah apa yang bermanfaat, jika sesuatu yang dipunya mendatangkan madharat maka itu bukanlah rezeki. Ilmu, kesehatan, atau uang itu rezeki jika mendatangkan manfaat. Uang kalau ditimbun saja tidak dimanfaatkan denga  baik mak itu bukanlah rezeki.

Nasi satu nampan, lalu yang dimakan hanya satu piring maka rezekinya hanya yang dimakan satu piring, yang masih ada di nampan berarti bukanlah rezeki dia. Jadi bisa dipahami bahwa rezekia dalah apa yang bermanfaat dan bisa dinikmati untuk beribadah dan kemaslahatan agama, kalau untuk kemaksiatan maka itu bukanlah rezeki.

Tetapi kalau rahmat, itu hak semua orang, tidak peduli Allah suka atau tidak dengan orang tersebut, tak peduli ia kafir atau muslim tetap akan Allah berikan rahmatnya selama di dunia ini. Karena Allah mempunyai sifat utama yaitu Al-Rahman, Sang Maha Pengasih.

Apa yang Perlu dilakuakn dalam Mencari Rezeki?

Carilah rezeki yang halal, selain dengan berikhtiar usaha juga harus denagn berdoa yang bagus. Berdoa ibarat melobi Allah, lantaran lobi ini bisa jadi rezeki yang asalnya seribu bisa jadi bertambah lebih banyak. Selagi Tuhan yang berkehendaka apapun bisa saja terjadi.

Qadha yang sudah dituliskan bisa saja diubah. Secara umum qadha bisa diubah. Memang manusia tidak bisa mengubahnya, tetapi apa salahnya dan apa sulitnya bagi Tuhan untuk merubah ketentuan yang sudah ada? Itulah kekuatan doa sebagai sara lobi dengan Allah. Innahu la yaruddul qadhaa illa du’a, (tidak ada yang bisa meolak qadha kecuali doa). Sifat Rahman Allah sangat luas.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *