Islam, telah memberikan pedoman yang tepat terkait pola komunikasi yang ideal. Polanya adalah orang yang lebih tua menunjukkan kasih sayang kepada yang lebih muda, dan sebaliknya, yang lebih muda memberikan hormat kepada yang lebih tua.
Komunikasi yang dibangun atas dasar kasih sayang dan hormat inilah yang seharusnya menjadi panduan kita dalam menciptakan pola komunikasi yang baik, khususnya dalam hubungan rumah tangga antara suami dan istri.
Dalam kaitannya dengan kehidupan rumah tangga, orang yang dianggap lebih senior tentu adalah kepala rumah tangga, yakni suami. Maka suami menunjukkan kasih sayang kepada istri dan istri memberikan hormat kepada suami.
Hal ini tetap berlaku meskipun sang istri umurnya lebih tua dari sang suami. Perbedaan umur seperti itu, ketika seorang pria lebih menyukai wanita yang lebih tua darinya, bukanlah masalah untuk hubungan pernikahan. Yang lebih mendasar adalah apakah pasangan itu bisa menjaga kualitas komunikasinya, sebagaimana panduan agama.
Bagaimana pun, suami tetap menjadi pemimpin rumah tangga dan ia menjadi imam dari istri. Oleh karena itu, Islam memberikan saran kepada para istri untuk menjaga komunikasi yang baik, yang menghormati suami.
Dalam konteks budaya Jawa, terdapat tingkatan bahasa, mulai dari kromo inggil hingga ngoko. Penggunaan tingkatan itu menyesuaikan dengan lawan bicaranya. Semakin tinggi rasa hormat kepada seseorang, bahasa yang digunakan akan semakin halus, yakni kromo inggil.
Kita bisa mengadopsi budaya tingkatan bahasa ini dalam kaitannya dengan komunikasi suami istri. Terkait hal ini, istri sebaiknya boso kepada suaminya, yakni berkomunikasi menggunakan bahasa yang halus, tidak ngoko, sesuai dengan asas hormat kepada imamnya, kepada pemimpin rumah tangganya.
Seorang perempuan biasanya mampu menjaga kesopanan komunikasi dengan calon suami. Hal ini terjadi ketika masa pendekatan atau khitbah sebelum menikah. Kesopanan itu seyogyanya dipertahankan hingga pasca-menikah, dalam kehidupan rumah tangga, ketika calon suami itu benar-benar telah menjadi suaminya.
Beberapa guru yang rumah tangganya harmonis bila diamati memiliki kecenderungan bahwa komunikasi yang baik dimulai dengan istri yang sopan kepada suaminya, dan akhirnya, suami juga akan merespons dengan kata-kata yang sopan. Ini nantinya berdampak besar, seperti saat terjadi pertengkaran, suasananya tidak akan begitu panas dan pertengkaran tersebut tetap terpengaruhi oleh kebiasaan saling sopan antara suami-istri.
Terakhir, perlu diketahui bersama bahwa menjaga komunikasi yang baik tidak hanya berlaku dalam keadaan normal atau bahagia. Perlu juga dipahami bagaimana berkomunikasi ketika muncul masalah atau ketidakpastian dalam kehidupan rumah tangga. Baik itu rasa cemburu, kekecewaan, kelelahan, dan sebagainya.
Saat salah satu pihak marah, yang lain sebaiknya mencoba untuk tetap tenang. Jangan ikut marah, jangan saling memprovokasi, karena hal ini hanya akan memperbesar konflik. Sebagai gantinya, bersabarlah dan berusahalah untuk menghentikan pertengkaran.
Dalam hidup berumah tangga, baik suami maupun istri dapat menjadi pihak yang memulai masalah. Namun, penting bagi keduanya untuk saling berupaya menghentikan konflik. Itulah beberapa trik yang dapat membantu dalam membangun komunikasi yang nyaman dan harmonis dalam kehidupan berumah tangga.
Wallahu a’lam bissawab …