Kunci Lancarnya Rezeki dalam Islam

Ad
Kunci Lancarnya Rezeki dalam Islam

Di era yang serba modern ini banyak orang beranggapan bahwa rezeki itu hanya berupa materi dan bergelimang harta. Padahal, dalam ajaran Islam sendiri rezeki berarti sangat kompleks. Rezeki tidak hanya berupa materi, tapi dapat berupa kenikmatan hidup seperti kesehatan jasmani maupun rohani, kebahagiaan dalam kehidupan, serta ketaatan kepada sang pencipta juga.

Di banyak kesempatan, tidak sedikit para sahabat yang mengadukan nasibnya kepada Rasulullah SAW perihal kehidupan mereka yang mengalami kesulitan, hidup fakir miskin dan penuh kekurangan perihal materi.

Kisah-kisah itu diabadikan dalam suatu kitab, misalnya Sayyid Muhammad bin Ali Khirrid al-Alawi al-Husaini at-Tarimi, dalam salah satu kitab karyanya menceritakan tentang suatu riwayat dari sahabat Sahal bin Sa’ad tentang seorang laki-laki yang hidup fakir dan miskin.

Dalam kitab tersebut, Sayyid Muhammad bin Ali menceritakan bahwa suatu saat seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dengan tujuan mengadukan nasibnya yang serba kekurangan. Mendengar kisah kehidupan tersebut, Rasulullah kemudian memberikan tips agar terhindar dari hidup dalam keadaan fakir miskin. Rasulullah bersabda:

Artinya: “Apabila engkau memasuki rumahmu maka (ucakanlah) salam jika di dalamnya ada satu orang, dan jika tidak ada seorang pun di dalamnya, maka (ucapkanlah) salam kepadaku (assalamu alaika ya Rasulallah) dan bacalah (qul huwa Allahu Ahad) satu kali.” (Sayyid Muhammad bin Ali Khirrid, Al-Wasailusy Syafiyah fil Adzkarin Nafi’ah wal Auradil Jami’ah [cetakan pertama: 1405 H], halaman: 471).

Sampai di rumah, laki-laki itu langsung mengamalkan apa yang ia terima dari Rasulullah dengan istikamah. Alhasil, Allah memberikan rezeki melebihi apa yang diinginkan sebelumnya.

Baca Juga : Sejarah Rebo Wekasan dan Hukum Merayakannya

Dalam kitab dan halaman yang sama, Sayyid Muhammad bin Ali Khirrid menceritakan kisah Imam al-Qasthalani. Ia juga salah satu ulama yang sejarahnya juga hidup dalam keadaan fakir dan miskin.

Suatu saat, Imam al-Qasthalani bermimpi didatangi oleh Rasulullah SAW. Tanpa basa-basi, langsung menceritakan hidupnya yang sangat melarat. Rasulullah kemudian mengatakan kepadanya untuk membaca kalimat berikut:

 اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهَبْ لَنَا مِنْ رِزْقِكَ الْحَلَالِ الطَّيِّبِ الْمُبَارَكِ مَا تَصُوْنُ بِهِ وُجُوْهَنَا عَنِ التَّعَرُّضِ اِلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad, dan berilah kepada kami dari rezeki-Mu yang halal, baik, diberkahi, yang dengan rezeki itu bisa menjaga wajah-wajah kami dari bergantung kepada seorang dari makhluk-Mu.”

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam Islam juga diajarkan tentang cara menjadi orang-orang yang terhindar dari fakir miskin (kaya). Islam tidak pernah menutup mata dan membiarkan pemeluknya hidup dalam keadaan melarat. Hanya saja, tolok ukurnya memiliki beberapa cara; ada yang dengan bekerja dan berusaha, dan ada juga yang bekerja disertai dengan zikir-zikir untuk meningkatkan spiritual kepada pemberi rezeki, yaitu Allah SWT.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *