Pandangan Islam Tentang Quarter Life Crisis

Ad
Pandangan Islam Tentang Quarter Life Crisis

Dewasa ini, kita tentu tak asing dengan istilah quarter life crisis. Apa sebenarnya quarter life crisis itu sendiri? sebelum membahas ke ranah tersebut, mari kita lihat fenomena yang marak terjadi saat ini. Dunia digital di era saat ini membuat banyak rutinitas kita secara langsung terbatasi dan digantikan dengan kecanggihan teknologi.

Informasi yang ditawarkan internet dan sosial media semakin beragam dan semakin tak terbendung, mulai dari kabar sanak saudara hingga perkembangan konstelasi politik global. Misalnya kabar kelahiran seorang sepupu, wisuda seorang teman kelas, pernikahan sahabat, pekerjaan dan profesi yang digaungi, dsb saat ini dengan mudah dibagikan di sosial media dan dapat dilihat oleh siapa saja.

Kabar-kabar tersebut tentunya merupakan kabar bahagia yang harus dirayakan, namun berbeda dengan Generasi Z (selanjutnya disebut Gen Z). Sebagian besar Gen Z justru tertekan dengan kabar-kabar semacam itu, sebab menimbulkan kebingungan, kecemasan, rasa insecure atau tak percaya diri, dan keraguan akan masa depan. Keadaan emosional inilah dikenal dengan sebutan Quarter Life Crisis (QLC).

Gen Z (kelahiran 1997 – 2012) kini menginjak usia yang rentan akan QLC atau krisis usia seperempat abad. Sebagian besar dari Gen Z mulai bertanya-tanya tentang tujuan hidup, motivasinya ada di dunia, bagaimana masa depannya kelak, atau apa alasan ia hidup. Seakan-akan merasa frustasi dengan kehidupan dan menghindari kehidupan sosial. Apalagi setelah mendengar kabar tentang kehidupan teman dan keluarga yang sepertinya berjalan sangat mulus di sosial media.

Baca Juga : <strong>Hukum Transaksi Jual Beli Online</strong>

Nah, bagaimana pandangan Islam terkait fenomena QLC tersebut?

Sebagai seorang manusia, tentunya kita perlu memiliki pedoman dalam menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Jika memosisikan diri sebagai umat Islam, maka pedoman hidup tersebut adalah Al-Quran dan Hadis.

Al-Quran telah menawarkan segala solusi bagi umat muslim, termasuk menghadapi fenomena QLC ini. Al-Quran mengajarkan manusia untuk senantiasa berikhtiar dalam keadaan apapun. Salah satunya ketidakpuasan atas pencapaian pribadi yang tidak membanggakan. Karena memercayai adanya Allah SWT sebagai tuhan yang maha esa, perasaan khawatir seperti ini agaknya dapat dihindarkan.

Hal ini seperti firman Allah SWT berikut :

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).

Setelah berikhtiar, langkah selanjutnya adalah tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Dalam hal ini maka sama saja dengan terus berdoa. Hal ini akan menuntun umat Islam untuk memperkuat keteguhan hati dan menjauhkannya dari segala godaan.  

Dalam konteks Quarter Life Crisis, tawakal kepada Allah SWT akan memperteguh hati manusia dan tidak terpengaruh faktor-faktor eksternal seperti pencapaian orang lain. Seperti firman Allah SWT :

Artinya : “Kemudian apabila kamu  telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159).

Oleh karena itu, telah jelas bahwa tugas seorang muslim dalam menghadapi QLC ini ialah dengan senantiasa berusaha atau ikhtiar, dan tawakal, berdoa atau berserah diri kepada Allah SWT atas usaha yang telah dilakukan.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *