Menumbuhkan Semangat Ibadah di Tahun Baru

Ad
Menumbuhkan Semangat Ibadah di Tahun Baru

Hiruk pikuk perayaan penyambutan tahun baru 2023 rasanya tak habis dalam sekejap mata. Bertepatan dengan kalender akademik sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, banyak siswa dan mahasiswa yang sedang berlibur semester pula, menjadikan euforianya semakin terasa. Melihat momentum tersebut, seharusnya juga dapat dijadikan alasan untuk menumbuhkan semangat ibadah pula.

Sebelum resolusi tahun baru digaungkan, refleksi setahun terakhir kemarin juga harus pula direnungkan, agar di tahun ini dapat menjadi insan yang lebih baik lagi. Hal ini seperti sabda sang baginda Rasulullah SAW sebagai berikut :

Artinya : “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

Baca Juga : <strong>Memaknai Tahun Baru Sebagai Momen Zakat</strong>

Tak hanya sebatas ini, dalam riwayat yang lain disebutkan pula, bahwa orang-orang yang harinya justru lebih buruk dari hari-hari sebelumnya, maka tidak ada kebaikan selain kematian untuknya. Riwayat ini sebagaimana dikutip oleh Syekh Abdurrahman as-Sakhawi dalam kitab  Al-Maqashidul Hasanah, juz I, halaman 631. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :“Barangsiapa yang kedua harinya (saat ini dan kemarin) sama, maka ia (tergolong) orang yang rugi. Barangsiapa yang dua hari terakhirnya lebih buruk, maka ia terlaknat. Barangsiapa yang tidak berada pada peningkatan, maka ia berada pada pengurangan. Barangsiapa yang berada pada pengurangan, maka kematian lebih baik baginya. Dan, barangsiapa yang merindukan surga, maka ia akan cepat-cepat dalam melakukan kebaikan.” (HR ad-Dailami).

Syekh Nuruddin Al-Harawi Al-Qari (wafat 1014 H) dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih, juz IV, halaman 352, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ziyadah (peningkatan-penambahan) pada hadis di atas adalah dengan bertambahnya ilmu, ibadah, dan segala bentuk kebaikan. Bukan bertambahnya dunia dan jabatan. Sebab, keberuntungan selalu berpihak pada orang yang meningkatkan ketaatan dan kebaikannya, bukan dunia dan jabatannya.

Berkenaan dengan hal tersebut, Allah SWT juga berfirman demikian :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).

Imam al-Qusyairi (wafat 465 H) dalam kitab tafsir Lathaiful Isyarat atau Tafsir Al-Qusyairi menjelaskan bahwa ayat di atas memiliki dua arti ketakwaan, yaitu : meningkatkan ketakwaan dengan cara memikirkan balasan yang akan didapatkan kelak di akhirat atas perbuatan baik dan buruk yang dilakukan di dunia; kemudian meningkatkan ketakwaan dengan cara mawas diri dan introspeksi, yaitu dengan memaksimalkan waktunya untuk menambah ketaatan. Dengan kata lain, menumbuhkan semangat baru di hari-hari baru yang dihadapi oleh setiap orang.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *