
Sholat tarawih adalah masterpiece dari sholat sunnah di Ramadan. Legalitasnya langsung dengan dawuh Rasul: Man qama ramadhana imanan wa ihtisaban gufira lahu ma taqaddama min danbih. Semua ulama sepakat bahwa kata qama (qiyamul lail) di sini adalah tarawih.
Secara bahasa, tarawih adalah bentuk jamak dari kata tarwihah yang artinya istirahat setelah 4 rakaat (2 rakataat salam, 2 rakaat salam, lalu istirahat). Istirahat ini namanya tarwihah. Tarawih adalah jamak, jamak itu minimal tiga (3 istirahat). Jika 1 istirahat = 4 rakaat; berarti minimal 12 rakaat. Ini dari pendekatan bahasa. Tarwihah adalah al-istrahah bakda arbaati rakaat.
Pelaksanaan sholat tarawih menurut Mazhab Syafi’i adalah 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Sementera dalam mazhab lain, ada yang memperbolehkan 4 rakaat salam. Tapi karena kita adalah Syafi’iyah, maka kalau ada tarawih 4 rakaat 1 salam, kita bilang tidak sah.
Adapun terkait rakaat tarawih sebagaimana pertanyaan, kalau kita melihat kitab-kitab fikih turats Syafi’iyah, maka semua akan mengatakan sholat tarawih itu 20 rakaat. Kalau pertanyaannya kemudian polemik 8 atau 20, bisa disimak dalam kitab Kasyfut Tabarikh karya Mbah Fadhol Senori.
Di sana kita temukan tarik ulur beberapa riwayat, pertentangan, diskusi, dan analisis yang bagus dari Mbah Fadhol tentang hadis-hadis terkait jumlah rakaat dan semuanya itu ada ihtimalnya, ada kemungkinan-kemungkinannya.
Jadi hadis tentang rakaat tarawih itu banyak dan satu sama lain saling menguatkan dan saling menjatuhkan. Ada riwayat yang 8 rakaat, ada yang 20 rakaat. Sehingga Mbah Fadhol lantas menarik kesimpulan: Karena hadis-hadis itu semua punya ihtimal, semua punya kelemahan, semua punya kemungkinan-kemungkinan, maka yang tidak bisa dibantah adalah ijmak sahabat yang dilakukan di masa Sayyidina Umar.
Sayyidina Umar diriwayatkan melihat para sahabat sholat di satu masjid tapi ada yang sholat sendiri, ada yang jamaah dengan kelompok-kelompok kecil. Lalu dijadikan satu oleh Sayyidina Umar. Jadi yang dilakukan Sayyidina Umar terkait pelaksanaan tarawih adalah jamaah dengan satu imam.
Kalau sholat tarawih, jelas Rasulullah melakukan. Beliau juga pernah sholat tarawih dengan berjamaah, walau tidak setiap hari. Tapi yang dilakukan Sayyidina Umar adalah penyatuan satu masjid satu imam. Satu jamaah satu imam.
Yang menarik, pelaksanaan tarawih tersebut adalah 20 rakaat dan tidak ada satu pun sahabat yang mengingkari rakaat ini. Sehingga kemudian dalam kajian ushul fikih ini namanya ijmak. Sehingga menurut Mbah Fadhol, ijmak ini tidak bisa terbantahkan. Kalau hadis tadi memang tarik-menarik. Ada yang 8, lalu penafsiran di antaranya 11 rakaat. Lalu ada yang mengatakan 20, sebagaimana di Sunan Kubra lil Baihaqi yang dikomentari kurang kuat.
Jadi semua hadis itu ada sisi kelemahan untuk tidak digunakan sebagai hujjah. Lalu ada ijmak bahwasanya Sayyidina Umar melakukan tarawih dalam 20 rakaat, lalu 3 witir. Tidak ada satu pun sahabat yang mengingkari. Kalau sudah ijmak, maka ini yang kita pegang.
Baca Juga : Manfaat Salat Tarawih
NU sebagai salah satu ormas muslim terbesar dengan tegas menyatakan fikihnya mengikuti 4 mazhab, mayoritas Syafi’iyah. Maka, mayoritas sholat tarawihnya 20 rokaat. Mungkinkah ada yang sholat 8 rokaat? Tentu ada. 20 itu model sholat tarawih ideal, model sholat tarawih yang terbaik. Boleh-boleh saja kita ambil yang lebih rendah. Jangankan 8, 4 rakaat saja boleh. Bahkan tidak sholat saja juga boleh, kan sunnah.
Tapi kalau bicara berapa rakaat tarawih yang sempurna? Jawabnya adalah 20. Kalau kita melakukannya 2 atau 4 rakaat, apa dapat pahala? Dapat. Tapi tentu pahalanya tidak sama dengan 20. sehingga saya yakin tidak ada satu pun kiai yang mewajibkan tarawih harus 20 rakaat.
Menarik pernyataan guru besar UINSA, Prof Imam Ghazali Said. Beliau diundang tarawih di salah satu masjid di Surabaya. Masjidnya bilang: Monggo yang 8 bisa meninggalkan jamaah, yang lain akan melanjutkan 20. Yang menarik, dari 3 shaf jamaah, ketika sampai di 8 rakaat, tinggal satu baris. Kata Prof Imam, saya yakin yang pulang pun ada yang NU. Ini menjadi tanggung jawab mubalig, dai, dan kiai NU, bagaimana caranya men-support kembali bahwasanya tarawih itu ala akmalil wajhin-nya ya 20 rakaat. Ini tanggung jawab bersama.
Wallahu a’lam bissawab …