Sejarah kurban sudah ada sejak awal kehidupan di alam semesta ini ada, yaitu zaman Nabi Adam AS. Kendati demikian, masih banyak orang yang beranggapan bahwa adanya kurban dimulai ketika masa dakwah Nabi Ibrahim AS.
Perlu diluruskan, bahwa berkurban terbagi menjadi tiga masa, yaitu pada zaman Nabi Adam AS, zaman Nabi Ibrahim AS, dan zaman Nabi Muhammad SAW. Kali ini, akan dibahas terlebih dahulu sejarah kurban di era Nabi Adam AS.
Nabi Adam dan Hawa dikaruniai anak kembar oleh Allah SWT. Anak kembar itu ialah Habil dan Labuda, serta Qabil dan Iqlima. Untuk melanjutkan keturunan, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang, tidak dalam satu kelahiran. Yaitu Habil dengan Iqlima dan Qabil dengan Labuda.
Namun, Qabil tidak setuju dengan perintah Allah tersebut. Ia tidak menyukai Labuda. Hal itu karena bagi Qabil, fisik Labuda tidak secantik Iqlima. Nabi Adam memohon pertolongan Allah untuk menyelesaikan perkara tersebut. Kemudian Allah memerintahkan kepada Habil dan Qabil untuk memberikan kurban yang dibawa ke atas bukit.
Qabil mengurbankan hasil pertaniannya, dipilihlah buah-buahan yang sudah jelek-jelek. Sedangkan Habil mengurbankan hasil peternakannya, dipilihlah hewan-hewan yang gemuk dan sehat.
Baca Juga : Sejarah Penamaan Bulan Dzulqa’dah
Dari dua perbedaan tersebut, Allah SWT menerima kurban yang dilakukan oleh Habil, karena yang ia berikan adalah yang terbaik dan tulus ikhlas. Sementara kurban Qabil ditolak karena megeluarkan hartanya dengan terpaksa dan memberikan yang jelek. Qabil sangat murka dan kemudian membunuh Habil.
Hal itu tersirat dalam Qur’an Surah Al-Maidah ayat 27, sebagaimana Allah berfirman :
“Ceritakanlah mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”
Dari peristiwa tersebut, dapat diambil hikmahnya bahwa apabila kurban tidak dilandasi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, maka tidak akan ada nilainya.
Wallahu a’lam bissawab …