Kisah Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin Islam Anti Korupsi

Ad
Kisah Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin Islam Anti Korupsi

Kisah Umar bin Abdul Aziz, pemimpin Islam anti korupsi patut untuk dijadikan contoh atau teladan oleh setiap pemimpin di dunia. Umar bin Abdul Aziz merupakan salah seorang pemimpin yang terkenal kebijaksanaannya dalam sejarah peradaban Islam. Ia merupakan salah satu khilafah Dinasti Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 hingga 720 Masehi.

Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, ada seorang pengawas Baitul Maal yang menghadiahkan kalung emas kepada anak perempuan amirul mu`minin itu. Beberapa waktu kemudian, Khalifah Umar melihat putrinya sedang menenteng kalung emas tadi, yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

“Dari mana engkau mendapatkannya,?” tanya Umar bin Abdul Aziz kepada putrinya itu.

Kemudian, putrinya menjawab, kalung emas itu diperolehnya dari penjaga Baitul Maal. Merasa tidak ada yang salah, maka dibawalah benda indah itu ke rumah. Kemudian, Umar bin Abdul Aziz menasihatinya :

“Takutlah kau wahai anakku tercinta bahwa engkau kelak akan datang ke hadapan pengadilan Allah dengan barang yang kau curangi ini dan akan kuselidiki dengan saksama,” tutur sang khalifah.

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan tentang Q.S Ali Imran ayat 161 yang artinya :

“Tidaklah ada seorang nabi pun berlaku curang. Dan barangsiapa berlaku curang (ghulul), maka akan datanglah dia dengan barang yang dicuranginya itu pada Hari Kiamat. Kemudian , setiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak akan dianiaya.”

Mendengar nasihat sang ayah, putri Umar bin Abdul Aziz pun kemudian mengembalikan kalung emas tersebut ke Baitul Maal. Sebagai pejabat negara, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berprinsip sangat hati-hati (wara’) dalam menggunakan fasilitas negara.

Baca Juga : Kisah Muharram dijadikan Bulan Pertama dalam Islam

Dikisahkan bahwa, suatu ketika, pemimpin Muslimin itu harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Umar pun mempersilakannya untuk mendekat.

“Ada apa putraku datang ke sini?” tanya Umar, “Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?”

Sontak,Umar bin Abdul Aziz meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita.

“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan.

“Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minyak untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” jelasnya.

Dia lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar dan menyalakannya.

“Sekarang, lampu yang kepunyaan keluarga kita telah dinyalakan. Minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri. Silakan lanjutkan maksud kedatanganmu,” sambungnya.

Cerita itu hanyalah sepenggal kisah kejujuran dan betapa hati-hatinya Umar bin Abdul Aziz dalam menggunakan fasilitas negara. Dari sang khalifah, kita dapat memperlajari dan meneladani sifat kejujuran dan sifat anti koruspsinya, yang harapannya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu a’lam bissawab …

Ad

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *