Amalan bulan Muharram sesuai sunah telah dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Bulan Muharram yang mulia ini menjadi salah satu bulan suci yang memberi bonus ladang pahala bagi mereka yang senantiasa beribadah.
Bulan pembuka pada kalender Qomariah ini juga dikenal sebagai Syahrullah atau Bulan Allah. Maka dari itu, tidak heran jika terdapat banyak amalan sunah yang bisa dilakukan di bulan Muharram. Beberapa amalan yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut :
1. Menjalankan Puasa Muharram
Terdapat 3 macam puasa sunah yang bisa dikerjakan di bulan Muharram. Puasa sunah tersebut ialah puasa Muharram (mulai tanggal 1), Puasa Tasu’a (tanggal 9), dan Puasa Asyura (tanggal 10).
Secara khusus, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan puasa Asyura’ dalam hadis berikut:
Artinya : “Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, “Puasa Muharram bisa menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk berpuasa tanggal 9 Muharram (puasa Tasu’a) untuk membedakan diri dengan orang Yahudi yang hanya melaksanakan puasa tanggal 10 Muharram saja. Seperti sabdanya berikut :
Artinya : “Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).
Baca Juga : Sejarah 1 Muharram, Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah
2. Larangan Berperang
Berkaitan dengan Bulan Muharram yang di dalamnya ada Hari Asyura’, disebutkan bahwa bulan tersebut adalah bulan mulia dan suci. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT berikut :
Artinya : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus.” (QS. At-Taubah: 36).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, yang dimaksud dengan empat bulan haram adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab. Pada bulan-bulan ini, masyarakat Arab dilarang berperang karena disucikannya keempat bulan tersebut.
Oleh karena itu, ia juga dinamakan Syahrullah Asham, yang artinya Bulan Allah yang sunyi karena larangan berperang itu.
3. Perbanyak Sedekah dan Menyantuni Anak Yatim
Selain anjuran untuk berpuasa dan larangan berperang, umat muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah di bulan Muharram. Khususnya sedekah dalam bentuk menyantuni anak yatim.
hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya, sebagaimana hadis berikut :
Artinya : “Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran, di hari kiamat Allah SWT tidak akan mengazab orang yang mengasihi anak yatim, dan bersikap ramah kepadanya, serta bertutur kata yang manis. Dia benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.” (HR. AT – Thabrani).
Allah SWT juga telah menyampaikan bahwa seorang muslim hendaknya memberikan kasih sayang kepada anak-anak yatim. Sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa : 36).
Menyantuni anak yatim tentu tidak terkhusus pada bulan Muharram saja. Namun pada bulan ini, segala amalan baik telah dijanjikan akan dilipatgandakan ganjarannya, begitu pula semua perbuatan buruk.
Wallahua’lam bissawab …