Memasuki bulan Dzulhijjah – bulan terakhir pada kalender Hijriah, ketika musim haji di Baitullah sedang dilaksanakan oleh umat Muslim di seluruh dunia, dianjurkan pula untuk melaksanakan ibadah puasa sunah bagi yang tidak melaksanakan haji.
Puasa sunah tersebut dapat dilakukan mulai tanggal 1 Dzulhijjah sampai tanggal 9. Akan tetapi, yang paling dianjurkan ialah puasa di tanggal 8 dan 9, atau yang dikenal dengan puasa Tarwiyah dan Arafah.
Lantas, bagaimana jika seorang muslim masih memiliki hutang puasa di bulan Ramadan sebelumnya? Apakah boleh menggabungkannya?
Qadha puasa Ramadhannya tetap sah. Sedangkan ia sendiri tetap mendapatkan keutamaan yang didapat oleh mereka yang berpuasa dengan niat puasa sunah Arafah. Demikian disampaikan Syekh Zakariya Al-Anshari berikut ini :
Artinya: (Puasa Asyura). Al-Barizi berfatwa bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura misalnya untuk qadha atau nazar puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Ini pandangan yang muktamad. (Puasa hari Asyura dihitung oleh Allah).
Baca Juga : https://lspt.or.id/kajian/cara-mengqada-puasa-ramadan/
Hikmah di balik ganjaran penghapusan dosa dua tahun untuk puasa sunnah Arafah dan penghapusan dosa setahun untuk puasa Asyura adalah karena Arafah adalah harinya umat Nabi Muhammad SAW, yakni puasa sunnah Arafah bersifat khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sementara Asyura adalah harinya umat Nabi Musa AS. (Lihat: Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz V, halaman: 388).
Hal serupa Sayyid Bakri dalam kitab I‘anatut Thalibin. Menurutnya, orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qada’ puasa atau puasa nazar :
Artinya: Di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib as-Syarbini, Syekh Sulaiman al-Jamal, Syekh ar-Ramli bahwa puasa sunah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan… Ia menambahkan dalam kitab Al-I‘ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak. (Lihat: Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, [Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i: tanpa catatan tahun], juz II, halaman: 224).
Akan tetapi, disarankan bagi yang memiliki utang puasa Ramadan baiknya mengqada’ utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu, mereka baru boleh mengamalkan puasa sunah Arafah. Tetapi kalau utang puasa Ramadan itu baru teringat jelang hari Arafah, sebaiknya ia membayar qada’ puasanya di hari Arafah.
Wallahu a’lam bissawab ….